Rabu, 15 Februari 2012

negative thinking

Seringnya muncul kecurigaan ataupun pikiran negatif terhadap orang lain itu menimbulkan konflik luar biasa di dalam diri. Berusaha mencari hal-hal positif dari apa yang dialami tapi toh tetap keukuh dengan pikiran sempit nan negatif. Perasaan yang muncul pun jadi ga enak, ga tenang, gusar and the bla and the bli and the bluuuu. Makan jadi ga enak tidur pun tak nyenyak #halahh hehehe. Nah kalo sudah berujung pada kerugian atau keterbengkalaian terhadap tugas , kerjaaan ataupun aktivitas brarti itu sudah mulai dalam tahap yang berbahaya. Dan akan menjadi semakin berbahaya saat konflik yang tadinya hanya terjadi pada diri sendiri lama kelamaan berujung pada konflik dengan oranglain.

Mungkin dasar dari pikiran negatif itu adalah karna kurangnya informasi yang kita terima dan jiwa instan yang sudah melekat dan mendarah daging didalam diri kita. Informasi yang sempit yang diterima dilahap dengan gamblingnya tanpa kita tau informasi yang sebenarnya, dan akan menjadi lebih parah lagi bila informasi yang diterima tersebut diterima dari oranglain dan bukan dari narasumber langsung. Berusaha untuk menghindari ataupun melupakan pikiran tersebut sepertinya juga bukan jalan ampuh untuk membuat keadaan jadi lebih baik, karna toh pada dasarnya kita masih dalam pergulatan rasa penasaran dan ‘ketanya-tanyaan’ (agak sedikit wagu dengan kata ketanya-tanyaan ini -____-). Dan helooohhhhh....bagi saya berada dalam rasa penasaran itu sumpah demi apa ga enak banget, sama halnya kaya saya dipaksa untuk makan nanas atau leci yang rasanya naujubilakminjalik ga ada enak-enaknya. Jangankan rasanya, baunya aja udahh hiyeek yeyekk huwekkk heek hek hekk.

Dan bila sudah digrogoti oleh pikiran negatif maka hal-hal yang sebenarnya positif yang kita terima bisa saja dengan sekejap mata berubah menjadi hal negatif. Dahsyat skali cara kerja pikiran negatif tersebut, *prokprok. Buruknya kita (kita? Ohh bukan, saya aja maksudnya..), sudah tau bahwa pikiran negatif itu adalah hal yang buruk dan ga ada baiknya sama skali tapi masih saja sering dibodohi dan diperbudak.

sebenarnya ada cara yang (mungkin) bisa kita lakuin untuk merubah pikiran negatif terhadap oranglain menjadi pikiran positif yaitu dengan cara memposisikan diri di posisi oranglain tersebut. Bagaimana bisa? Jelas bisa, karna kita slama ini hanya melihat dari kacamata kita, dan saat kita memposisikan diri diposisinya maka kita akan tau apa yang dia alami dan rasakan dengan kacamata yang berbeda. Hal ini bisa bikin kita tahu sebab-musabab dari perilakunya. Memang apa yang kita lakukan dengan memposisikan diri diposisinya tersebut tidak lantas membuat kita merasakan sejauh dan sedalam yang dialami dan dirasakannya, karna yang paling tahu sedalam apa hal tersebut tetap orang yang mengalaminya, tapi toh setidaknya kita berusaha untuk memahami. Coba deh sensasi semriwingnya..hehe!

ada beberapa hal negatif yang saya temuin dari pikiran negatif, yaitu:

1. Bagi yang pengen kurus sering-seringlah berpikiran negatif, karna dengan begitu akan membantu menggerogoti lemak-lemak yang nempel ditubuh.

2. Pikiran negatif itu cuma akan menimbulkan kegelisahan dan ketidaknyamanan, termasuk dalam hal ketidaknyamanan makanan. Dan bagi saya, itu sungguh-sungguh merugikan kenyamanan perut yang sudah sangat siap menerima makanan trutama yang gratis.

3. Pikiran negatif itu juga akan menimbulkan rasa penasaran. Dan yang namanya penasaran itu bagi saya sumpah demi apa ga enak biyanget! Sama halnya kaya dicekok’i nanas dan leci secara bersamaan. Hiyeekk yeyekk huweekk hek hekk. Big no no no!!

4. Pikiran negatif itu menimbulkan emosi berlebihan, yang bisa bikin jadi pengen marah-marah terus. Padahal kalo keseringan marah (katanya) bisa bikin cepat tua. Tua identik dengan kriput, kriput itu jelek, brarti pikiran negatif itu bikin jadi jelek. Yakk yang merasa cantik jangan brani-brani berpikiran negatif lho yaa,,dan yang udah jelek brarti eemm emm eemmm....hehehe pikiro dewe :p

Seburuk-buruknya kecurigaan atau pikiran negatif tersebut, tetap ada hal positif yang bisa kita ambil dari hal negatif tersebut yaitu kita jadi bisa tau dan merasakan lega dan plong-nya hati kita saat kita bisa melihat suatu hal dari kacamata yang berbeda (positif).

Sekian dan terima masukan... :)

Jumat, 10 Februari 2012

my roller coaster

Bersyukur itu bukan suatu hal yang gampang, terlebih bersyukur untuk setiap permasalahan yang kita hadapi. Sebagian dari kita memiliki kecenderungan untuk mengeluh, meratapi bahkan marah terhadap masalah atau keadaan yang tidak mengenakan bagi kita. Lebih parahnya lagi terkadang kita menyalahkan orang lain, seolah-olah merekalah satu-satunya penyebab munculnya permasalahan. Hal seperti ini pula yang terkadang menimbulkan konflik baik interpersonal maupun intrapersonal. Ga munafik, saya sering menyalahkan keadaan untuk setiap masalah yang saya hadapi. Muncul pula dumelan seperti, coba dia ga gitu, tuh kan coba kalo ngikut apa yang aku bilang pasti ga bakal gini, dan bla bla bla. Hal yang wajar saat kita berontak dengan keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang kita ingini, tapi menjadi tidak wajar saat kita menyalahkan oranglain terhadap kesalahan tersebut tanpa mencoba berkaca pada diri sendiri.

Saya pernah ingat, dulu ada seseorang yang pernah bilang bahwa ‘keadaan itu yang ciptain kamu sendiri, bukan muncul gitu aja’. Ada benarnya pernyataan tersebut, karna memang apa yang terjadi pada kata kita saat ini merupakan sebuah konsekuensi dari apa yang dulu pernah kita ambil atau pilih. Menyalahkan keadaan sama halnya menyalahkan diri sendiri, dan hal itu pun sama sekali tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik ataupun mengembalikan keadaan seperti dulu lagi. ‘Obat’ untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan bersyukur. Mensyukuri apa yang yang ada sekarang. Mensyukuri semua hal yang pernah datang dan pergi dari hidup kita. Saya percaya bahwa selalu ada hal positif dari setiap hal buruk yang kita alami. Terkadang dari hal terburuklah kita mendapatkan pelajaran yang paling berharga. Kalimat tersebut bukan tanpa alasan terlontar begitu saja, karna itu memang benar-benar saya alami sendiri, dan mencoba berkaca terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. Memang ga mudah untuk bersyukur atas semua hal yang kita alami, terutama hal buruk, tapi belajar untuk coba menerima dan berkaca pada diri sendiri (mungkin) akan membantu.

Satu kecenderungan lagi saat kita menghadapi sebuah permasalahan atau keadaan yang tidak mengenakan yaitu kita merasa bahwa kitalah orang yang paling malang, paling ngenes dan paling berat masalahnya. Seandainya kita mau melihat sekitar kita, banyak hal atau permasalah yang jauh lebih malang dan mengenaskan dibanding permasalahan yang kita hadapi. Dengan kita mau melihat permasalahan orang tersebut secara sadar ataupun tidak sadar kita akan bersyukur tidak mendapatkan masalah seberat oranglain itu, sehingga kita pun beranggapan bahwa ternyata permasalahan ini ga ada apa-apanya dibanding oranglain dengan begitu kita bisa membuka pikiran bahwa kita pasti bisa melewati permasalahan tersebut.

Saya belajar dari beberapa anak kecil di salah satu SLB di kota Yogya, tempat dimana saya menjadi volunteer pendamping anak-anak di sekolah tersebut. Melalui anak-anak tersebut saya diajari lagi untuk bersyukur dengan semua hal yang ada maupun tidak ada pada diri saya saat ini. Bagaimana saya tidak bersyukur, saat melihat mereka yang dari lahir sudah tercipta tanpa bisa mendengarkan apa-apa yang mengakibatkan mereka tidak mengenal dunia ini, sedangkan saya dari lahir Puji Tuhan bisa mendengar. Satu efek dari ketunarunguan mereka tersebut adalah mereka tidak bisa berbicara secara lancar, mereka pun agak kurang mampu menangkap apa yang dibicarakan oleh lawan bicara, sehingga mereka miskin informasi. Mereka hanya bisa membaca pelafalan dari bibir lawan bicaranya. Miris saat anak-anak kecil tersebut dengan exited-nya bercerita kepada saya tapi saya tidak bisa menangkap apa yang mereka katakan. Ada keharuan tersendiri saat salah seorang anak tersebut bisa mengucapkan “selamat pagi mba Fani, Ibam mau belajar”, walaupun dengan terbata-bata dan tidak begitu jelas. Tapi toh mereka tidak lalu meratapi kekurangan tersebut, mereka justru diberi kelebihan lain. Mereka menjadi lebih peka terhadap sentuhan, mereka pun menjadi lebih ekspresif, dan salut saat mereka bisa mengikuti bunyi panjang dan pendek dibalik kekurangan mereka tersebut. Sekali lagi kita patut bersyukur.

itulah hidup dengan semua dinamikanya layaknya roller coaster yang siap membuat kita melambung tinggi dan dengan sekejap bisa menjatuhkan kita, dan tentu ada sensasi tersendiri, hehehe.

Kita bisa berencana tapi tetap Tuhan yang menentukan. Semua hal yang digariskanNya itu selalu memberi pelajaran tersendiri, bahkan dari masalah terburuklah terkadang kita mendapat pelajaran paling berharga. Saya selalu percaya bahwa “Tuhan itu tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umat-Nya”. Kita hanya diminta untuk berani menjalani setiap pilihan yang kita pilih, dan tentu saja berani menerima konsekuensinya. Dan bersyukurlah biar semua terasa lebih ringan. :)